Breaking News

Bentuk-bentuk Syukur

Global-hukumindonesia.id, Jawa Timur - Dalam kitab-kitab akhlak dan irfan amali terdapat bab pembahasan tentang syukur. 

Menurut para ulama ini, syukur dapat dibagi dalam tiga bentuk; syukur lisan, syukur perbuatan, dan syukur qalbu. 

Syukur lisan bahwa lisan kita mengucapkan Alhamdulillah atas segala nikmat-nikmat pemberian Tuhan, baik itu tentunya pemberian dan rezki materi, terlebih lagi pemberian dan rezki non-materi (maknawiah). 

Imam Shadiq berkata: 
 ما انعم الله علی عبد بنعمه صغرت او کبرت فقال الحمدلله الا ادی شکرها
Yakni seorang hamba jika memperoleh nikmat dari Allah SWT,  baik itu besar maupun kecil, lantas ia mengucapkan Alhamdulillah, maka ia telah menjalankan syukurnya. 

Adapun syukur perbuatan adalah seluruh pemberian Tuhan dipergunakan dalam beribadah kepadaNya dan berkhidmat kepada makhluk-makhlukNya. Rezki yang diperoleh jangan dipergunakan secara boros dan mubazir, serta semuanya dipergunakan dalam jalan ketaatan kepadaNya. 

Imam Shadiq berkata: 
الشکر للنعم اجتناب المحارم
Yakni, mensyukuri nikmat-nikmat Tuhan adalah menjauhi seluruh yang diharamkanNya. 

Bentuk terakhir syukur adalah syukur qalbu dan pikiran (zikir dan pikir). Yaitu memperhatikan dan merenungkan nikmat-nikmat Ilahi dan merefleksikan dalam batin, syukur kepada Tuhan dengan senantiasa mengingatNya dan merenungi keagunganNya.

Betapa tidak, eksistensi kita ini semuanya fakir dan bergantung kepadaNya. Sebab itu, wujud kita dan berbagai kebutuhannya, setiap saat memperoleh emanasi dariNya. Hanya Dia Maha Kaya, karena itu hanya Dia pemberi mutlak.

Firman Tuhan dalam Surah Fathir Ayat 15:
يا أيها الناس أنتم الفقراء إلى الله والله هو الغني الحميد

"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah (wujud fakir); dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji".

Oleh karena itu, qalbu dan pikiran yang tidak memperhatikan nikmat-nikmat pemberian Tuhan dan melewatinya dengan lalai maka disebut qalbu dan pikiran yang kufur atas nikmat Tuhan. 

FirmanNya dalam Surah Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

Pada hakikatnya, tidak ada nikmat pemberian Ilahi yang hilang setelah diberikan kepada seorang hamba melainkan karena si hamba lalai dan kufur atasnya. 

Tentu dari tiga bentuk syukur yang disebutkan di atas maka syukur jenis qalbu dan pikiran lebih tinggi derajatnya, sebab dalam syukur ini manusia diajak untuk khusyu’ dan hudhu' dalam berhadapan keesaan, kemahakayaan, dan keagungan Allah SWT.

"Barangsiapa yang memuliakan seorang mukmin maka Allah Swt akan memuliakannya,  barangsiapa yang mendoakan saudara mukminnya maka Allah Swt menolak darinya bala' dan melimpahkan rizki", (Imam As-Shadiq).

"Jangan bangga dengan keindahan dirimu karena bukan anda yang menciptakanya,

Jangan bangga dengan hartamu karena anda bukan pemiliknya (sebenarnya),

Banggalah dengan akhlakmu karena anda yang menciptakannya", (Imam Ali bin Abi Thalib). (Toriq Ismail)
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
© Copyright 2022 - GLOBAL HUKUM INDONESIA