Breaking News

Dilema Pemberitaan, Masyarakat Berjuang Hidup Menafkahi Keluarga, Media Justru Menyudutkan

Global-hukumindonesia.id, Bangka Barat – Di tengah hiruk-pikuk berita yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat, terdapat ironi yang menyelimuti proses peliputan oleh media. Kasus miliaran rupiah yang melibatkan dugaan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan seolah terabaikan, sementara aktivitas penambangan rakyat justru menjadi fokus pemberitaan yang intens, Sabtu (12/10/2024).

Masyarakat yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk menafkahi keluarga mereka sering kali menjadi sasaran kritik, padahal mereka hanya bertujuan untuk bertahan hidup di tengah kondisi perekonomian yang sulit.

Dalam penulisan berita, segerombolan  wartawan yang terjebak dalam narasi subjektif yang lebih mengedepankan opini pribadi ketimbang fakta yang bisa mengedukasi publik. 

Penulis dihadapkan pada pilihan untuk menjadi sosial kontrol yang berfungsi mengawasi penguasa, namun dalam praktiknya, sering kali justru berbalik memantau masyarakat kecil itu sendiri.

Keberadaan media, yang seharusnya berfungsi sebagai pilar demokrasi dan kontrol sosial, malah dapat berperan dalam menambah beban masyarakat yang sudah tertekan oleh kondisi ekonomi.

Salah satu anggota organisasi wartawan tertua, yang diakui memiliki sertifikasi sebagai jaminan kemampuan, kini berada dalam situasi gonjang-ganjing. 

Pemberitaan yang gencar mengenai aktivitas tambang rakyat tidak jarang menjadikan mereka sebagai korban stigma negatif. 

Padahal, penambang rakyat yang menggunakan alat tradisional di kawasan seperti Keranggan dan Tembelok, hanyalah orang-orang yang berjuang untuk menyambung hidup, demi membesarkan putra-putrinya agar dapat mengikuti pendidikan di sekolah. 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Bangka Belitung Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Ali Rachmansyah, menegaskan bahwa penambang rakyat bukanlah penjahat yang merugikan negara. 

“Mereka hanya mencari makan untuk keluarga mereka di tengah situasi yang sulit ini", ujarnya.

Ali melanjutkan, “Kita sebagai pewarta bertugas untuk memberitakan fakta yang terjadi di masyarakat. Namun, kita juga harus bijaksana dalam melihat kondisi yang dihadapi masyarakat", ungkap Ali.

Dalam pernyataannya, ia menyoroti ketidakadilan dalam peliputan media yang lebih memfokuskan perhatian pada pelanggaran kecil, sementara kasus korupsi dan penyelewengan anggaran yang merugikan rakyat justru sepi pemberitaan.

"Masyarakat berhadapan dengan dua pilihan yang sangat sulit, bak pepatah "Dimakan Mati Emak, Dibuang Mati Bapak", beraktivitas konsekuensinya berhadapan dengan aparat penegak hukum dan media, tidak beraktivitas rumah tangga berantakan, akan berakhir dengan berpisah dengan isteri dan putra-putrinya. Sedangkan diluar sana masih banyak kasus-kasus besar yang belum tersentuh", ujar Ali.

Ia memberikan contoh kongkret, dimana banyak kasus korupsi dan pembegalan uang rakyat yang terjadi di kalangan elite justru minim perhatian media. 

“Ada banyak isu besar yang perlu disorot, seperti kasus di tubuh organisasi pers tertua di pusat yang hingga kini belum ada tindakan dari penegak hukum", jelasnya.

Situasi ini menunjukkan ketidakberdayaan media dalam menghadapi kasus-kasus yang seharusnya menjadi prioritas. 

Seharusnya, wartawan dapat menggunakan platform mereka untuk mengangkat isu yang benar-benar penting dan bermanfaat bagi masyarakat luas, alih-alih terjebak dalam narasi yang bersifat subyektif. 

Di tengah banyaknya masalah sosial yang ada, peran media sebagai penyeimbang harus dipertahankan.

Dalam konteks ini, perlu ada evaluasi terhadap etika dan tanggung jawab wartawan dalam menyampaikan berita. 

Diperlukan kesadaran kolektif untuk tidak hanya menjadi alat kontrol terhadap masyarakat, tetapi juga memastikan bahwa suara mereka didengar. 

Masyarakat tidak seharusnya terpinggirkan dalam pemberitaan yang seharusnya menjadi jembatan komunikasi antara rakyat dan penguasa.

Dengan begitu, diharapkan media bisa berfungsi lebih baik sebagai sosial kontrol yang menyoroti isu-isu penting, termasuk dugaan korupsi yang merugikan negara, sembari tetap memberikan perhatian yang proporsional kepada masyarakat yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 

"Media harus bisa menjadi mitra bagi masyarakat dalam menciptakan keadilan sosial dan pengawasan yang lebih transparan", pungkasnya. (Journalist Hunter)
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
© Copyright 2022 - GLOBAL HUKUM INDONESIA